Definisi, Sumber dan Dasar
Pendidikan Islam
- Definisi pendidikan islam
Definisi pendidikan dari segi bahasa
dapat diartikan sebagai Al-Tarbiyah,
Al-Ta’lim, Al-Ta’dib, Al-Tahdzib, Al-Wa’dz, Al-Mau’idzah, Al-Riyadhah,
Al-Tazkiyah, Al-Talqin, Al-Tadris, Al-Tafaqquh, AL-Tabyin, Al-Tazkirah, dan
Al-Irsyad. Pendidikan Islam adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik
kepada terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju
kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada pembentukan
manusia yang ideal. Manusia ideal adalah manusia yang sempurna akhlaqnya. Yang
nampak dan sejalan dengan misi kerasulan Nabi Muhammad Saw., yaitu
menyempurnakan akhlaq yang mulia. Agama islam adalah agama universal yang
mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik
kehidupan yang sifatnya duniawi maupun yang sifatnya ukhrawi. Salah satu ajaran
Islam adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan, karena
dengan pendidikan manusia dapat memperoleh bekal kehidupan yang baik dan
terarah.
Adapun yang dimaksud dengan
pendidikan Islam sangat beragam, hal ini terlihat dari definisi pendidikan
Islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan berikut ini:
1.
Prof.
Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendidikan islam sebagai
proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan
alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan
sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. (Asy-Syaibany,
1979: 399). Pengertian tersebut memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang
konotasinya pada pendidikan etika. Selain itu, pengertian tersebut menekankan
pada aspek-aspek produktivitas dan kreatifitas manusia dalam peran dan
profesinya dalam kehidupan masyarakat dan alam semesta.
2.
Dr.
Muhammad SA Ibrahimy (Bangladesh) mengemukakan pengertian pendidikan islam
sebagi berikut;
“Islamic education in true sense
of the term, is a system of education which enables a man to lead his life
according to the islamic ideology, so that he may easily mould his life in
according with tenent of islam.”
Pendidikan dalam pandangan yang
sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat
mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam, sehingga dengan mudah
ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran islam. Pengertian itu mengacu
pada perkembangan kehidupan manusia masa depan tanpa menghilangkan
prinsip-prinsip islami yang diamanahkan oleh Allah kepada manusia, sehingga
manusia mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya seiring dengan
perkembangan iptek.
3.
Dr.
Muhammad Fadhil Al-Jamali memberikan pengertian pendidikan islam sebagai upaya
mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untuk lebih maju dengan
berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga
terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal,
perasaan, maupun perbuatan.
Definisi tersebut memiliki tiga
prinsip pendidikan islam sebagai berikut:
a)
pendidikan
merupakan proses perbantuan pencapaian tingkat keimanan dan berilmu
( QS. Al-Mujadilah 58:11).
“Hai orang-orang yang beriman,
apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
b)
Sebagai
model, maka Rasulullah Saw. sebagai uswatun hasanah (QS. Al-Ahzab 33:21)
yang dijamin Allah memiliki akhlaq mulia (QS. Al-Qalam 68:4).
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab 33:21).
“Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam 68:4)
c)
Pada
manusia terdapat potensi baik dan buruk (QS. Asy-Syam 91:7-8), potensi negatif
seperti lemah (QS. An-Nisa’ 4: 28), tergesa-gesa (QS. Al-Anbiya 21: 37),
berkeluh kesah (QS. Al-Maarij 70: 19), dan ruh Allah yang ditiupkan kepadanya
pada saat penyempurnaan penciptaannya (QS. At-Tin 95: 4). Oleh karena itu
pendidikan ditujukan sebagai pembangkit potensi baik yang ada pada anak didik
dan mengurangi potensinya yang jelek.
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”(QS. Asy-Syam 91:7-8).
“Allah hendak memberikan keringanan
kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.”(QS. An-Nisa’ 4: 28).
“Manusia telah dijadikan (bertabiat)
tergesa-gesa. Kelak akan aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (azab) -Ku. Maka
janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera. (QS. Al-Anbiya 21: 37).
“Sesungguhnya manusia diciptakan
bersifat keluh kesah lagi kikir”(QS. Al-Maarij 70: 19).
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”(QS. At-Tin 95: 4).
Pengertian pendidikan dari segi bahasa
yang dimiliki ajaran islam ternyata jauh lebih beragam, dibandingkan dengan
pengertian pendidikan dari segi bahasa di luar islam. Hal ini selain
menunjukkan keseriusan dan kecermatan ajaran islam dalam membina potensi
manusia secara detail, juga menunjukkan tanggung jawab yang besar pula. Yakni,
bahwa dalam melakukan pendidikan tidak boleh mengabaikan pengembangan seluruh
potensi manusia.
Pendidikan islam adalah pendidikan
yang seluruh komponen atau aspeknya didasarkan pada ajaran islam. Visi, misi,
tujuan, proses belajar mengajar, pendidik, peserta didik, hubungan pendidik dan
peserta didik, kurikulum, bahan ajar, sarana prasarana, pengelolaan, lingkungan
dan aspek atau komponen pendidikan lainnya didasarkan pada ajaran islam. Itulah
yang disebut dengan pendidikan islam atau pendidikan yang islami.
B.
Sumber dan Dasar Pendidikan
Islam
Kata
sumber dalam bahasa Arab disebut mashdar yang
jamaknya mashadir, dapat diartikan
sebagai starting point (titik tolak). Kata sumber berbeda dengan kata dasar
dengan alasan bahwa sumber senantiasa memberikan nilai-nilai yang dibutuhkan
bagi kegiatan pendidikan. Adapun dasar adalah sesuatu yang di atasnya berdiri
sesuatu dengan kukuh.
Sumber
pendidikan islam selanjutnya dapat diartikan semua acuan atau rujukan yang
darinya memancar ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akan
ditransinternalisasikan dalam pendidikan islam. Semua acuan yang menjadi sumber
atau rujukan pendidikan islam tersebut telah diyakini kebenaran dan kekuatannya
dalam mengantarkan aktivitas pendidikan dan telah teruji dari waktu ke waktu. Sumber
pendidikan islam pada hakikatnya sama dengan sumber ajaran islam, karena
pendidikan islam merupakan bagian dari ajaran islam.
Pembahasan tentang sumber dan dasar
pendidikan Islam dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan, darimana atau apa
landasan pendidikan Islam. Menurut Arifin (1993:54) meletakkan pola dasar
pendidikan Islam berarti meletakkan nilai-nilai dasar agama yang memberikan
ruang lingkup berkembangnya proses pendidikan Islam. Jika demikian, maka sumber
dan dasar pendidikan Islam itu adalah Al-Qur’an, hadis dan akal karena di
situlah nilai-nilai dasar agama.
Zakiyah Daradjat (1992:10)
menjelaskan sebagai berikut: “Setiap
usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan, harus
mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan kuat.” Oleh karena itu,
pendidikan Islam sebagai usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan kemana
semua kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan Islam dihubungkan.
Landasan itu terdiri dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad yang dapat
dikembangkan dengan ijtihad. Sealur dengan pendapat di atas, Abdul Fatah Jalal
(1988:15) menyatakan sebagai berikut, Al-Qur’an Karim dan Hadis Rasulullah saw.
sepatutnya dijadikan sumber asasi ilmu pendidikan. Darinya dapat dijabarkan
berbagai permasalahan pendidikan yang mendasar, dapat pula ditetapkan hakikat
psikis manusia serta menggariskan landasan bagi metodologi pendidikan.
“Pendidikan Islam merupakan kebutuhan mutlak
untuk dapat melaksanakan Islam sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah. Berdasarkan
makna ini, maka pendidikan Islam mempersiapkan diri manusia guna melaksanakan
amanat yang dipikulkan kepadanya. Ini berarti, sumber-sumber Islam dan
pendidikan Islam itu sama, yakni yang terpenting, Al-Quran dan Sunnah Rasul.”
(an-Nahlawi, 1992:41).
Tampaknya semua ahli pendidikan
Islam sepakat bahwa sumber dan dasar atau landasan pendidikan Islam itu terdiri
dari Al-Qur’an, Hadis dan hasil pemikiran (ijtihad). Penggunaan dasar itu harus
berurutan dalam arti Al-Qur’an lebih dahulu, bila tidak ditemui penjelasan pada
Al-Qur’an, cari dalam hadis, baru menggunakan akal jika pada kedua sumber
tersebut belum dapat penjelasan, tapi temuan akal itu tidak boleh bertentangan
dengan Al-Qur’an dan Hadis. Tidak boleh mendahulukan akal. Oleh karena itu,
teori dalam pendidikan Islam harus dilengkapi dengan ayat-ayat Al-Qur’an, Hadis
atau argumentasi yang menjamin teori tersebut (Ahmad Tafsir, 1992:12).
Pendidikan Islam bersumber pada enam
hal, yaitu al-Qur’an (yang merupakan sumber utama dalam ajaran Islam), as-Sunnah
(perkataan, perbuatan dan persetujuan Nabi atas perkataan dan perbuatan para
sahabatnya), kata-kata sahabat (madzhab shahabat), kemaslahatan umat (mashalih
al-mursalah), tradisi atau kebiasaan masyarakat (‘urf) dan ijtihad (hasil para
ahli dalam Islam). Keenam sumber tersebut disusun dan digunakan secara
hierarkis, artinya rujukan pendidikan Islam berurutan diawali dari sumber utama
yakni al-Qur’an dan dilanjutkan hingga sumbersumber yang lain dengan tidak
menyalahi atau bertentangan dengan sumber utama. Sedangkan dasar dari
pendidikan Islam adalah tauhid. Dalam struktur ajaran Islam, tauhid merupakan
ajaran yang sangat fundamental dan mendasari segala aspek kehidupan
penganutnya, tak terkecuali aspek pendidikan. Dalam kaitan ini para pakar
berpendapat bahwa dasar pendidikan Islam adalah tauhid. Melalui dasar ini dapat
dirumuskan hal-hal sebagai berikut:
1.
Kesatuan
kehidupan. Bagi manusia ini berarti bahwa kehidupan duniawi menyatu dengan
kehidupan ukhrawinya. Sukses atau kegagalan ukhrawi ditentukan diduniawinya.
- Kesatuan ilmu. Tidak ada pemisahan antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum karena semuanya bersumber dari satu sumber, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
- Kesatuan iman dan rasio. Karena masing-masing dibutuhkan dan masing-masing mempunyai wilayahnya, sehingga harus saling melengkapi.
- Kesatuan agama. Agama yang dibawa oleh para nabi semuanya bersumber dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, prinsip-prinsip pokoknya menyangkut akidah dan akhlak tetap sama, dari zaman dahulu sampai zaman sekarang.
- Kesatuan kepribadian manusia. Mereka semua diciptakan dari tanah dan roh ilahi.
- Kesatuan
individu dan masyarakat. Masing-masing harus saling menunjang.
(Widya Sari Jamani dan Dewi Rachmawati)
0 komentar:
Posting Komentar