Sabtu, 13 Oktober 2012 | By: Unknown

Definisi, Sumber dan Dasar Pendidikan Islam


Definisi, Sumber dan Dasar Pendidikan Islam

  1. Definisi pendidikan islam
Definisi pendidikan dari segi bahasa dapat diartikan sebagai Al-Tarbiyah, Al-Ta’lim, Al-Ta’dib, Al-Tahdzib, Al-Wa’dz, Al-Mau’idzah, Al-Riyadhah, Al-Tazkiyah, Al-Talqin, Al-Tadris, Al-Tafaqquh, AL-Tabyin, Al-Tazkirah, dan Al-Irsyad. Pendidikan Islam adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik kepada terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada pembentukan manusia yang ideal. Manusia ideal adalah manusia yang sempurna akhlaqnya. Yang nampak dan sejalan dengan misi kerasulan Nabi Muhammad Saw., yaitu menyempurnakan akhlaq yang mulia. Agama islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik kehidupan yang sifatnya duniawi maupun yang sifatnya ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan, karena dengan pendidikan manusia dapat memperoleh bekal kehidupan yang baik dan terarah.
Adapun yang dimaksud dengan pendidikan Islam sangat beragam, hal ini terlihat dari definisi pendidikan Islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan berikut ini:
1.     Prof. Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendidikan islam sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. (Asy-Syaibany, 1979: 399). Pengertian tersebut memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang konotasinya pada pendidikan etika. Selain itu, pengertian tersebut menekankan pada aspek-aspek produktivitas dan kreatifitas manusia dalam peran dan profesinya dalam kehidupan masyarakat dan alam semesta.
2.    Dr. Muhammad SA Ibrahimy (Bangladesh) mengemukakan pengertian pendidikan islam sebagi berikut;
Islamic education in true sense of the term, is a system of education which enables a man to lead his life according to the islamic ideology, so that he may easily mould his life in according with tenent of islam.”
Pendidikan dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran islam. Pengertian itu mengacu pada perkembangan kehidupan manusia masa depan tanpa menghilangkan prinsip-prinsip islami yang diamanahkan oleh Allah kepada manusia, sehingga manusia mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya seiring dengan perkembangan iptek.
3.    Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamali memberikan pengertian pendidikan islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untuk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.
Definisi tersebut memiliki tiga prinsip pendidikan islam sebagai berikut:
a)    pendidikan merupakan proses perbantuan pencapaian tingkat keimanan dan berilmu (   QS. Al-Mujadilah 58:11).
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
b)   Sebagai model, maka Rasulullah Saw. sebagai uswatun hasanah (QS. Al-Ahzab 33:21) yang dijamin Allah memiliki akhlaq mulia (QS. Al-Qalam 68:4).
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab 33:21).
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam 68:4)
c)    Pada manusia terdapat potensi baik dan buruk (QS. Asy-Syam 91:7-8), potensi negatif seperti lemah (QS. An-Nisa’ 4: 28), tergesa-gesa (QS. Al-Anbiya 21: 37), berkeluh kesah (QS. Al-Maarij 70: 19), dan ruh Allah yang ditiupkan kepadanya pada saat penyempurnaan penciptaannya (QS. At-Tin 95: 4). Oleh karena itu pendidikan ditujukan sebagai pembangkit potensi baik yang ada pada anak didik dan mengurangi potensinya yang jelek.
 “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”(QS. Asy-Syam 91:7-8).
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.”(QS. An-Nisa’ 4: 28).
“Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (azab) -Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera. (QS. Al-Anbiya 21: 37).
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir”(QS. Al-Maarij 70: 19).
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”(QS. At-Tin 95: 4).
          Pengertian pendidikan dari segi bahasa yang dimiliki ajaran islam ternyata jauh lebih beragam, dibandingkan dengan pengertian pendidikan dari segi bahasa di luar islam. Hal ini selain menunjukkan keseriusan dan kecermatan ajaran islam dalam membina potensi manusia secara detail, juga menunjukkan tanggung jawab yang besar pula. Yakni, bahwa dalam melakukan pendidikan tidak boleh mengabaikan pengembangan seluruh potensi manusia.
          Pendidikan islam adalah pendidikan yang seluruh komponen atau aspeknya didasarkan pada ajaran islam. Visi, misi, tujuan, proses belajar mengajar, pendidik, peserta didik, hubungan pendidik dan peserta didik, kurikulum, bahan ajar, sarana prasarana, pengelolaan, lingkungan dan aspek atau komponen pendidikan lainnya didasarkan pada ajaran islam. Itulah yang disebut dengan pendidikan islam atau pendidikan yang islami.
B.    Sumber dan Dasar Pendidikan Islam
Kata sumber dalam bahasa Arab disebut mashdar yang jamaknya mashadir, dapat diartikan sebagai starting point (titik tolak). Kata sumber berbeda dengan kata dasar dengan alasan bahwa sumber senantiasa memberikan nilai-nilai yang dibutuhkan bagi kegiatan pendidikan. Adapun dasar adalah sesuatu yang di atasnya berdiri sesuatu dengan kukuh.
Sumber pendidikan islam selanjutnya dapat diartikan semua acuan atau rujukan yang darinya memancar ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akan ditransinternalisasikan dalam pendidikan islam. Semua acuan yang menjadi sumber atau rujukan pendidikan islam tersebut telah diyakini kebenaran dan kekuatannya dalam mengantarkan aktivitas pendidikan dan telah teruji dari waktu ke waktu. Sumber pendidikan islam pada hakikatnya sama dengan sumber ajaran islam, karena pendidikan islam merupakan bagian dari ajaran islam.
Pembahasan tentang sumber dan dasar pendidikan Islam dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan, darimana atau apa landasan pendidikan Islam. Menurut Arifin (1993:54) meletakkan pola dasar pendidikan Islam berarti meletakkan nilai-nilai dasar agama yang memberikan ruang lingkup berkembangnya proses pendidikan Islam. Jika demikian, maka sumber dan dasar pendidikan Islam itu adalah Al-Qur’an, hadis dan akal karena di situlah nilai-nilai dasar agama.
Zakiyah Daradjat (1992:10) menjelaskan sebagai berikut:  “Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan, harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan kuat.” Oleh karena itu, pendidikan Islam sebagai usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan kemana semua kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan Islam dihubungkan. Landasan itu terdiri dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad yang dapat dikembangkan dengan ijtihad. Sealur dengan pendapat di atas, Abdul Fatah Jalal (1988:15) menyatakan sebagai berikut, Al-Qur’an Karim dan Hadis Rasulullah saw. sepatutnya dijadikan sumber asasi ilmu pendidikan. Darinya dapat dijabarkan berbagai permasalahan pendidikan yang mendasar, dapat pula ditetapkan hakikat psikis manusia serta menggariskan landasan bagi metodologi pendidikan.
 “Pendidikan Islam merupakan kebutuhan mutlak untuk dapat melaksanakan Islam sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah. Berdasarkan makna ini, maka pendidikan Islam mempersiapkan diri manusia guna melaksanakan amanat yang dipikulkan kepadanya. Ini berarti, sumber-sumber Islam dan pendidikan Islam itu sama, yakni yang terpenting, Al-Quran dan Sunnah Rasul.” (an-Nahlawi, 1992:41).
Tampaknya semua ahli pendidikan Islam sepakat bahwa sumber dan dasar atau landasan pendidikan Islam itu terdiri dari Al-Qur’an, Hadis dan hasil pemikiran (ijtihad). Penggunaan dasar itu harus berurutan dalam arti Al-Qur’an lebih dahulu, bila tidak ditemui penjelasan pada Al-Qur’an, cari dalam hadis, baru menggunakan akal jika pada kedua sumber tersebut belum dapat penjelasan, tapi temuan akal itu tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadis. Tidak boleh mendahulukan akal. Oleh karena itu, teori dalam pendidikan Islam harus dilengkapi dengan ayat-ayat Al-Qur’an, Hadis atau argumentasi yang menjamin teori tersebut (Ahmad Tafsir, 1992:12).
Pendidikan Islam bersumber pada enam hal, yaitu al-Qur’an (yang merupakan sumber utama dalam ajaran Islam), as-Sunnah (perkataan, perbuatan dan persetujuan Nabi atas perkataan dan perbuatan para sahabatnya), kata-kata sahabat (madzhab shahabat), kemaslahatan umat (mashalih al-mursalah), tradisi atau kebiasaan masyarakat (‘urf) dan ijtihad (hasil para ahli dalam Islam). Keenam sumber tersebut disusun dan digunakan secara hierarkis, artinya rujukan pendidikan Islam berurutan diawali dari sumber utama yakni al-Qur’an dan dilanjutkan hingga sumbersumber yang lain dengan tidak menyalahi atau bertentangan dengan sumber utama. Sedangkan dasar dari pendidikan Islam adalah tauhid. Dalam struktur ajaran Islam, tauhid merupakan ajaran yang sangat fundamental dan mendasari segala aspek kehidupan penganutnya, tak terkecuali aspek pendidikan. Dalam kaitan ini para pakar berpendapat bahwa dasar pendidikan Islam adalah tauhid. Melalui dasar ini dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut:
1.     Kesatuan kehidupan. Bagi manusia ini berarti bahwa kehidupan duniawi menyatu dengan kehidupan ukhrawinya. Sukses atau kegagalan ukhrawi ditentukan diduniawinya.
  1. Kesatuan ilmu. Tidak ada pemisahan antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum karena semuanya bersumber dari satu sumber, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
  2. Kesatuan iman dan rasio. Karena masing-masing dibutuhkan dan masing-masing mempunyai wilayahnya, sehingga harus saling melengkapi.
  3. Kesatuan agama. Agama yang dibawa oleh para nabi semuanya bersumber dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, prinsip-prinsip pokoknya menyangkut akidah dan akhlak tetap sama, dari zaman dahulu sampai zaman sekarang.
  4. Kesatuan kepribadian manusia. Mereka semua diciptakan dari tanah dan roh ilahi.
  5. Kesatuan individu dan masyarakat. Masing-masing harus saling menunjang. 
    (Widya Sari Jamani dan Dewi Rachmawati)



0 komentar:

Posting Komentar