Minggu, 04 November 2012 | By: Unknown

KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN ISLAM



Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Setiap pendidik harus memahami perkembangan kurikulum, karena merupakan suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan potensinya berupa fisik, intelektual, emosional, dan sosial keagamaan dan lain sebagainya.
Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan menentukan tujuan pembelajaran, methode, tekhnik, media pengajaran, dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu, dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan sistem pendidikan ditentukan oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum yang tepat guna. Oleh karena itu, sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum serta berusaha mengembangkannya.

A.   Pengertian dan Fungsi Kurikulum
Kosakata kurikulum telah masuk ke dalam kosakata bahasa Indonesia, dengan arti susunan rencana pengajaran. Kosakata tersebut menurut sebagian ahli, berasal dari bahasa latin,curriculum yang berarti bahan pengajaran dan ada pula yang mengatakan berasal dari bahasa Perancis, courier yang berarti berlari.
Dalam bahasa Arab, ada yang menggunakan kosakata al-manhaj untuk kosakata kurikulum. Dalam hubungan ini, Mohammad al- Toumy al Syaibani mengemukakan sebagai berikut.
Adapun tentang pengertian kurikulum dalam pendidikan, maka jika kita kembali kepada kamus-kamus bahasa Arab, maka kita dapati kata-kata “manhaj” (kurikulum) yang bermakna jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui manusia pada berbagai bidang kehidupan.
Kurikulum ialah rencana atau bahasan pengajaran, sehingga arah kegiatan pendidikan menjadi jelas dan terang. Pengertian ini terkait dengan hal yang paling menonjol dari isi kurikulum, yaitu susunan bahan atau mata pelajaran yang akan digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pendidikan.
Kurikulum dalam bidang pendidikan, dalam arti yang sempit dapat dikemukakan sebagai berikut.
Pertama, kurikulum sebagaimana dikemukakan Omar Mohammad al Toumy al Syaibani adalah jalan yang dilalui oleh pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang dididik dan dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka.
Kedua, kurikulum sebagaimana dikemukakan oleh Crow dan Crow adalah rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu.
Ketiga, kurikulum sebagaimana dikemukakan Abdurrahman Salih Abdullah adalah sejumlah mata pelajaran ysng disiapkan berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordinatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.
Keempat, kurikulum sebagaimana dikemukakan Muhammad Ali Khalil adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.
Selanjutnya kurikulum dalam arti yang lebih modern dan luas, dapat dikemukakan sebagai berikut.
Pertama, kurikulum dalam arti modern sebagaiman dikemukakan Ahmad Tafsir adalah tidak hanya sekadar berisi rencana pelajaran atau bidang studi, melainkan semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan sekolah.
Kedua, kurikulum dalam arti modern, sebagaimana dikemukakan Addamardasy Sarhan dan Munir Kamil, sebagaimana dikutip Omar Mohammad al Toumy al Syaibani adalah sejumlah pengalaman pendidikan, budaya, sosial, olahraga, dan seni yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.
Ketiga, kurikulum dalam arti modern, sebagaimana dikemukakan Hasan Langgulung adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan,  sosial, olahraga, dan kesenian baik yang berada di dalam maupun di luar kelas yang dikelola oleh sekolah.
Pengertian kurikulum baik secara tradisional maupun secara modern dapat dijumpai di dalam ajaran Islam, baik pada dataran normatif, maupun historis filosofis. Secara normatif, di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menyuruh manusia agar mempelajari segala sesuatu baik yang bersifat tertulis maupun benda-benda yang ada di langit, baik kehidupan umat di masa sekarang maupun masa yang silam dan yang akan datang.
Selain merujuk ayat-ayat al Qur’an dan al-hadis yang bersifat normatif, sebagaimana tersebut di atas, penyusunan dan pembinaan kurikulum dalam pendidikan Islam, juga dapat merujuk pendapat para ulama Islam tentang ilmu pengetahuan dan hukum mempelajarinya. Dalam hubungan ini tercatat sejmlah ulama yang mambahas tentang ilmu pengetahuan dan kewajiban mengajarkannya sebagai berikut.
Pertama, pembagian ilmu imam al-Ghazali. Menurutnya, bahwa setiap muslim wajib menuntut ilmu pengetahuan. Dia membagi ilmu-ilmu ini kepada dua jenis, yaitu ilmu yang fardhu ain dan ilmu yang fardu kifayah. Ilmu-ilmu yang termasuk fardhu ain dalam mempelajarinya yaitu ilmu-ilmu agama dengan segala macamnya, mulai dengan mempelajari kitab Allah (al-Qur’an) sampai kepada dasar-dasar ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Adapun yang termasuk ilmu-ilmu fardhu kifayah yaitu setiap ilmu yang dibutuhkan demi tegaknya urusan duniawi, seperti ilmu kedokteran dan aritmetis.
Kedua, pembagian ilmu menurut Ibn Khaldun. Berdasarkan penglihatannya terhadap substansi ilmu serta kegunaannya bagi orang yang mempelajainya, Ibn Khaldun membagi ilmu ke dalam empat bagian. Pertama, ilmu keagamaan dan syar’iyyah, yaitu ilmu al-maqshudah bi al –dzat (ilmu yang karena esensinya dijadikan tujuan utama), seperti al-Qur’an, as-Sunnah, fiqih, tafsir, dan hadis. Kedua, ilmu ‘aqliyyah  seperti fisika dan ketuhanan. Ilmu ini juga termasuk al-maqshudah bi dzat. Ketiga, ilmu alat yang memnbantu ilmu-ilmu syar’iyyah seperti ilmu bahasa, ilmu nahu dan balaghah. Keempat, ilmu yang membantu ilmu ‘aqliyyah (fisika dan ketuhanan) seperti ilmu mantik.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan beberapa catatan sebagai berikut. Pertama, bahwa pengertian kurikulum dari waktu ke waktu senantiasa mengalami perkembangan, yaitu dari pengertiannya yang sederhana, sempit, dan tradisional, hingga kepada pengertiannya yang lebih luas, canggih, dan modern. Dilihat dari segi rumusannya, kurikulum pendidikan Islam bisa dikatakan tergolong sederhana atau tradisional, karena yang dibicarakan hanya masalah ilmu pengetahuan atau ajaran yang diberikan. Namun dilihat dari segi ilmu yang akan diajarkannya serta tempat berlangsungnya pengajaran tersebut, dapat dikatakan amat luas, mendalam dan modern, karena tidak hanya mencakup ilmu agama saja, melainkan juga ilmu yang terkait dengan perkembangan intelektual, keterampilan, emosional, sosial, dan lain sebagainya.
Keberadaan kurikulum tersebut sangat penting bagi keberlangsungan proses pendidikan. Peran dan orientasi kurikulum tersebut, menurut sebagian ahli paling kurang ada empat macam, yaitu kurikulum humanistik, rekonstruksi sosial, teknologis, dan akademis. Pada kurikulum yang bercorak humanistik, kurikulum berfungsi memberikan pengalaman kepada setiap pribadi secara memuaskan. Sementara itu, bagi mereka sebagai alat untuk memengaruhi perubahan sosial dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat. Selanjutnya, bagi mereka yang berorientasi pada teknologis melihat kurikulum sebagai proses teknologi untuk mewujudkan tujuan yang dikehendaki oleh pembuat kebijaksanaan. Adapun bagi yang berorientasi akademis, melihat kurikulum sebagai alat untuk meningkatkan intelektual atau kecakapan berpikir, dengan cara memperkenalkan para siswa terhadap berbagai macam pelajaran yang terorganisir dengan baik.
Dengan kata lain bahwa orientasi kurikulum dalam pendidikan Islam tidak hanya diarahkan untuk mencapai kebahagian hidup di dunia, juga untuk kebahagiaan hidup di akhirat. Tidak hanya mengembangkan segi-segi wawasan intelektual dan keterampilan jasmani, melainkan juga pencerahan keimanan, spiritual, moral, dan akhlak mulia secara seimbang.

B.  Komponen Kurikulum
Menurut Ahmad Tafsir, dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Kurikulum mengandung atau terdiri atas komponen-komponen: (1) tujuan, (2) isi, (3) metode atau proses belajar mengajar, dan (4) evaluasi.
Selanjutnya Abuddin Nata pun mengatakan bahwa cakupan kurikulum meliputi empat bagian, antara lain:
1)    Bagian yang berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh proses belajar mengajar.
2)    Bagian yang berisi pengetahuan, informasi, data-data, aktivitas, dan pengalaman yang merupakan bahan bagi penyusunan kurikulum yang isinya berupa mata pelajaran kemudian di masukkan dalam silabus.
3)    Bagian yang berisi metode atau cara menyampaikan mata pelajaran tersebut.
4)    Bagian yang berisi metode atau cara melakukan penilaian dan pengukuran atas hasil belajar mata pelajaran tersebut.

C.  Asas-asas dan Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam
1.    Asas-asas Kurikulum Pendidikan Islam
S. Nasution menyebutkan adanya asas filosofis, sosiologis, organisatoris, dan psikologis pada kurikulum. Asas-asas ini juga digunakan sebagai asas kurikulum pendidikan islam, karena kurikulum pendidikan islam membutuhkan jasa filsafat, sosiologi, organisasi, psikologi, dan ilmu lainnya. Dengan berbagai disiplin ilmu tersebut, maka kurikulum pendidikan islam dapat dijabarkan secara lebih luas, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
a)    Asas filosofis berperan sebagai penentuan tujuan umum pendidikan.
b)  Asas sosiologis berperan memberikan dasar untuk menentukan apa saja yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
c)  Asas organisatoris berfungsi memberikan dasar-dasar dalam penyusunan mata pelajaran, penentuan luas dan sempitnya uraian, serta urutan, dan susunan mata pelajaran tersebut.
d)  Asas psikologis berperan memberikan berbagai prinsip tentang perkembangan anak didik dalam berbagai aspeknya, serta menyampaika bahan pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasai anak didik sesuai dengan tahap perkembangannya.

Asas-asas ini menjadi bagian yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dengan cermat dalam menyusun kurikulum pendidikan islam. Penggunaan berbagai asas tersebut dalam kurikulum pendidikan islam, harus disesuaikan atau sejalan dengan ajaran islam.

2.    Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam
Omar Mohammad al-Taomy al-Syaibany menyebutkan, bahwa ciri kurikulum pendidikan islam ada lima, antara lain:
a)    Mononjolkan tujuan agama dan akhlak  pada berbagai tujuannya. Kandungan, metode, alat, tekniknya bercorak agama.
b)    Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya, yaitu kurikulum yang betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran yang menyeluruh. Disamping itu, ia juga luas dalam perhatiannya. Ia memerhatikan bimbingan dan pengembangan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologis, sosial, dan spiritual.
c)    Bersikap seimbang diantara berbagai ilmu yang dikandung dalam kurikulum yang digunakan. Selain itu juga seimbang antara pengetahuan yang berguna bagi pengembangan individu dan pengembangan sosial.
d)    Bersifat menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang dipelukan oleh anak didik.
e)    Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan inat dan bakat anak didik.


D.  Prinsip Dasar Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam
Tentang prinsip-prinsip umum yang menjadi dasar penyusunan kurikulum pendidikan Islam, diantaranya:
1)     Prinsip relevansi adalah adanya kesesuaian pendidikan dengan lingkungan hidup murid, relevansi dengan kehidupan masa sekarang dan akan datang, dan relevansi dengan tuntutan pekerjaan.
2)     Prinsip efektifitas adalah agar kurikulum dapat menunjang efektifitas guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar.
3)     Prinsip efisiensi adalah agar kurikulum dapat mendayagunakan waktu, tenaga, dana, dan sumber lain secara cermat, tepat, memadai dan dapat memenuhi harapan.
4)     Prinsip kesinambungan adalah saling hubungan dan jalin menjalin antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan.
5)     Prinsip fleksibilitas artinya ada semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan di dalam bertindak yang meliputi fleksibilitas dalam memilih program pendidikan, mengembangkan program pengajaran, serta tahap-tahap pengembangan kurikulum.
6)     Prinsip integritas antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan aktivitas yang terkandung di dalam kurikulum, begitu pula dengan pertautan antara kandungan kurikulum dengan kebutuhan murid dan masyarakat

E.  Pengembangan Kurikulum Dari Berbagai Aspek
1)     Aspek Materi
Diantara prinsip pengembangan kurikulum ada prinsip relevansi yang ahrus menjadi pertimbangan bagi penentuan suatu materi. Agar materi yang diberikan bermanfaat bagi kehidupan anak didik, hendaknya materi tersebut harus sesuai dengan tuntutan zaman, kesempurnaan jiwa anak didik tanpa melupakan esensi ajaran Islam itu sendiri.
2)     Aspek Tujuan
Dalam prinsip pengembangan kurikulum hal ini sangat berkaitan dengan prinsip efektifitas. Dengan semakin banyaknya tujuan yang harus dicapai, akan mendorong efektifitas proses yang akan dilaksanakan. Sebagai suatu rancangan, tentu ada rencana yang dapat tercapai. Dan sebaiknya tujuan yang akan dicapai harus jelas dan memang benar-benar sesuai dengan segala komponen yang berpengaruh terhadap pendidikan itu sendiri. Jangan sampai apa yang diajarkan dan proses pelaksanaannya sangat berbeda dengan tujuan yang diharapkan.
3)     Aspek Lembaga
Banyak orang beranggapan bahwa mengelola lembaga pendidikan agama tidak perlu mendapat perhatian dan penanganan khusus. Karena out-put-nya kurang dapat diandalkan untuk berkompetensi dalam masyarakat jika dibanding out-put lembaga pendidikan lain. Secara administratif, lembaga pendidikan Islam yang benar-benar menerapkan manajemen pendidikan dengan baik sangat jarang sekali. Salah satu hal yang sangat berkaitan dengan lembaga pendidikan adalah lingkungan pendidikan yang menjadi salah satu sarana seorang anak dapat memperoleh pendidikan dengan baik.

*** Widya Sari Jamani
*** Wiwi Marwiyah
*** Dewi Rachmawati

1 komentar:

Unknown mengatakan...

silahkan kirim komentar apabila ada yang ingin di tanyakan..
mari berbagi informasi bersama 7humaira :-)
*wiwi marwiyah*

Posting Komentar