Mempelajari sejarah pendidikan Islam amat penting, dengan mempelajari
Sejarah Pendidikan Islam kita dapat mengetahui sebab kemajuan dan kemunduran Islam
baik dari cara didikannya maupun cara ajarannya. Khusunya pendidikan Islam pada
zaman Nabi Muhammad SAW.
Pada periode Makkah, Nabi Muhammad lebih menitik beratkan pembinaan moral
dan akhlak serta tauhid kepada masyarakat Arab yang bermukim di Makkah dan pada
peroide di Madinah Nabi Muhammad SAW melakukan pembinaan di bidang sosial
politik. Disinilah pendidikan Islam berkembang pesat.
Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah
Pendidikan Islam pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 periode:
- Periode Makkah
- Periode Madinah
- Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Makkah
Nabi Muhammad
SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M.dalam
wahyu itu termaktub ayat al-qur’an yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan
nama tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan
pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya[1].
Kemudian
disusul oleh wahyu yang kedua termaktub ayat al-qur’an yang artinya: Hai orang
yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu
agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa tinggalkanlah. dan
janganlah kamu member (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah[2].
Dengan turunnya
wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh Allah, supaya bangun
melemparkan kain selimut dan menyingsingkan lengan baju untuk member peringatan
dan pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik
dan mengajarkan Islam.kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang
lain. Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib
kerabatnya dan teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.
Setelah banyak
orang memeluk Islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al- Arqam bin Abil Arqam untuk
tempat pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. di tempat itulah
pendiikan Islam pertama dalam sejarah pendidian Islam.disanalah Nabi
mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama Islam kepada sahabat-sahabatnya
dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) alqur’an kepada para pengikutnya serta
Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama Islam atau
menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Bahkan disanalah Nabi
beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya[3].
Lalu turunlah
wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan agama Islam kepada seluruh
penduduk jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu
dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan
sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran Islam dan mendidik
sahabat-sahabatnya dengan pendidikan Islam.
Dalam masa
pembinaan pendidikan agama Islam di Makkah Nabi Muhammad juga mengajarkan
alqur’an karena al-qur’an merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran Islam.
Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan tauhid kepada umatnya [4]. Intinya
pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan
keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepda manusia, supaya mempergunakan
akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam
semesta seagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah. Mahmud Yunus
dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pembinaan
pendidikan Islam pada masa Makkah meliputi:
1. Pendidikan Keagamaan, yaitu
hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama
berhala.
2. Pendidikan Akliyah dan Ilmiah, yaitu
mempelajari kejadian manusiadari segumpal darah dan kejadian alam semesta.
3. Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti,
yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik
sesuai dengan ajaran tauhid.
4. Pendidikan Jasmani atau Kesehatan, yaitu
mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman[5].
- Pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Madinah
Berbeda dengan
periode di Makkah, pada periode Madinah Islam merupakan kekuatan politik.
Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di
Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala
agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.
Cara Nabi
melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agaam Islam di Madinah adalah
sebagai berikut:
a.
Pembentukan dan pembinaan masyarakat
baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar
terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar
diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik).
Dasar-dasar
tersebut adalah:
1. Nabi Muhammad saw mengikis habis
sisa-sisa permusuhan dan pertentangan anatr suku, dengan jalan mengikat tali
persaudaraan diantara mereka.nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula
diantara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan
lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin[6].
2. Untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha
dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu
di Makkah.
3. Untuk menjalin kerjasama dan saling
menolong dlam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur,
turunlah syari’at zakat dan puasa, yang merupakanpendidikan bagi warga
masyarakat dalam tanggung jawab sosial, bnaik secara materil maupun moral.
4. Suatu kebijaksanaan yang sangat
efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah
disyari’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat juma’t yang
dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut hampir
seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari
Nabi Muhammad SAW dan shalat jama’ah jum’at. Rasa harga diri dan kebanggaan
sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad SWA menapat wahyu
dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul
Haram Makkah, karena dengan demikian mereka merasa sebagai umat yang memiliki
identitas[7].
Setelah selesai Nabi Muhammad
mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan
perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu
ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong- menolong
, bantu-membantu, terutama bila ada seranga musuh terhadap Madinah. Mereka
harus memperhatikan negri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum Yahudi
merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat menurut kepercayaannya. Inilah
salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW[8].
- Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan.
Materi pendidikan sosial dan
kewarnegaraan Islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan di
sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun Selama periode Madinah. Tujuan
pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi
Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam
kehidupan bangsa Arab maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
- Pendidikan anak dalam Islam
Dalam Islam, anak merupakan pewaris
ajaran Islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw dan gnerasi muda
muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan Islam ke seluruh penjuru
alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Al-qur’an berkaitan
dengan itu. Diantara
peringatan-peringatan tersebut antara lain:
·
Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat
peringatan agar kita menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak)
dari kehancuran (api neraka)
·
Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat
agar janagan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak
berdaya menghadapi tantangan hidup.
·
Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT
memperingatkan bahwa orang yang mendapatkan kemuliaan antara lain adalah
orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga
dan anak keturunan yang menyenangkan hati[9].
Adapun garis-garis besar materi
pendidikan anak dalam Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana
yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai
berikut:
1.
Pendidikan
Tauhid
2.
Pendidikan
Shalat
3.
Pendidikan adab sopan dan santun dalam
bermasyarakat
4.
Pendidikan
adab dan sopan santun dalam keluarga
5.
Pendidikan
kepribadian[10]
6.
Pendidikan
kesehatan
7.
Pendidikan
akhlak[11].
d. Perbedaan ciri
pokok pembinaan pendidikan Islam periode kota Makkah dan kota Madinah:
·
Periode
kota Makkah:
Pokok pembinaan pendidikan Islam di
kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan
nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar
sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan
sehari-hari.
·
Periode
kota Madinah:
Pokok pembinaan
pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan
politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu
pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran ,
merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
- Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW
Mengindentifikasikan
kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah terasa sulit, sebab Rasul mengajar
pada sekolah kehidupan yang luas tanpa di batasi dinding kelas. Rasulullah
memanfaatkan berbagai kesempatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan
rasulullah menyampaikan ajarannya dimana saja seperti di rumah, di masjid, di
jalan, dan di tempat-tempat lainnya.
Sistem
pendidikan Islam lebih bertumpu kepada Nabi, sebab selain Nabi tidak ada yang
mempunyai otoritas untuk menentukan materi-materi pendidikan Islam.Dapat
dibedakan menjadi dua periode:
1.
Makkah
·
Materi
yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-ayat Makiyyah sejumlah 93 surat dan
petunjuk-petunjuknya yang dikenal dengan sebutan sunnah dan hadits.
·
Materi yang diajarkan menerangkan
tentang kajian keagamaan yang menitikberatkan pada keimanan, ibadah dan akhlak.
2. Madinah
·
upaya
pendidikan yang dilakukan Nabi pertama-tama membangun lembaga masjid, melalui
masjid ini Nabi memberikan pendidikan Islam.
·
Materi pendidikan Islam yang diajarkan
berkisar pada bidang keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan jasmanai dan
pengetahuan kemasyarakatan
·
Metode yang dikembangkan oleh Nabi
adalah:
a.
Dalam bidang keimanan: melalui Tanya
jawab dengan penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang
rational dan ilmiah.
b.
Materi ibadah : disampaikan dengan
metode demonstrasi dan peneladanan sehingga mudah didikuti masyarakat.
c.
Bidang akhlak: Nabi menitikberatkan
pada metode peneladanan. Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang yang
memiliki kemuliaan dan keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan[12].
- Kebijakan Rasulullah Dalam Bidang Pendidikan
Untuk melaksanakan fungsi utamanya
sebagai pendidik, Rasulullah telah melakukan serangkaian kebijakan yang amat
strategis serta sesuai dengan situasi dan kondisi.
Proses pendidikan pada zaman
Rasulullah berada di Makkah belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal
yang demikian belum di mungkinkan, kaena pada saat itu Nabi Muhammmad belum
berperan sebagai pemimipin atau kepala Negara, bahkan beliau dan para
pengikutnya berada dalam baying-bayang ancaman pembunuhan dan kaum kafir
quraisy. Selama di Makkah pendidikan berlangsung dari rumah ke rumah secara
sembunyi-sembunyi. Diantaranya yang terkenal adalah rumah Al- Arqam. Langkah
yang bijaka dilakukan Nabi Muhammad SAW pada tahap awal Islam ini adalah
melarang para pengikutnya untuk menampakkan keIslamannya dalam berbagai
hak.tidak menemui mereka kecuali dengan cra sembunyi-sembunyi dalam mendidik
mereka.
Setelah masyarakat Islam terbentuk
di Madinah barulah, barulah pendidikan Islam dapat berjalan dengan leluasa dan
terbuka secara umum.dan kebijakan yang telah dilakukan Nabi Muhammmad ketika di
Madinah adalah:
a. Membangun masjid di Madinah. Masjid
inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah.
b. Mempersatukan
berbagai potensi yang semula saling berserakan bahkan saling bermusuhan.
Langkah ini dituangkan dalam dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah.
Dengan adanya piagam tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang,
harmonis dan damai[13].
KESIMPULAN
- Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
- Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
- Pendidikan pada masa khalifah Abu Bakar tidak jauh berbeda dengan pendidikan pada masa Rasulullah. Pada masa khalifah Unar bin Khattab, pendidikan sudah lebih meningkat dimana pada masa khalifah Umar, guru-guru sudah diangkat dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru ditaklukan. Pada masa khalifah Usman bin Affan, pendidikan diserahkan pada rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah di bolehkan ke daerah-daerah untuk mengajar.pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, pendidikan kurang mendapat perhatian, ini disebabkan pemerintahan Ali selalu dilanda konflik yang berujung kepada kekacauan.
DAFTAR PUSTAKA
-
Arief,Armai, Sejarah Pertumbuhan
dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa,2005.
-
Langgulung, Hasan, Asas-asas
Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Husna, 1988.
-
Nata, Abuddin, Pendidikan Islam
Perspektif Hadits. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005
-
Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: Kencana, 2008
-
Yunus , Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: PT. Hidakarya
Agung, 1992
[1]
(Q.S. Al-Alaq: 1-5)
[3] Prof. Dr.H.
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung,
1992. Hal 6
[6] Prof.Dr.H.Mahmud Yunus, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta:PT.Raja Grafindo, 1992 Persada,2008. Hal 26
[12] Dr.Armai Arief,
MA, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga
Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa,2005. Hal
135-136
[13]
Prof.Dr.H.Abuddin
Nata, MA, Pendidikan Islam Perspektif Hadits. Ciputat: UIN Jakarta Press
2005 hal 24
Nur Ifana Khoirun Nisa
Nur Ifana Khoirun Nisa
0 komentar:
Posting Komentar