Minggu, 21 Oktober 2012 | By: Unknown

Tujuan Pendidikan Dalam Islam


Pendidikan merupakan persoalan penting semua umat. Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Pendidikan pula dijadikan alat untuk memajukan peradaban. Manakala stabilitas bangsa terguncang, maka yang akan ditinjau ulang pertama kali adalah sistem pendidikan.
Manusia lahir tanpa memiliki pengetahuan apapun, namun manusia terlahir dilengkapi dengan fitrah yang memungkinkannya untuk menguasai berbagai pengetahuan dan peradaban. Melalui fungsi dari fitrah tersebutlah manusia belajar dari lingkungan dan masyarakat. Kondisi awal individu dan proses pendidikannya tersebut diisyaratkan dalam firman Allah SWT yang artinya “dan Allah mengeuarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia member kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”(QS. An Nahl: 78).
Pada kesempatan kali ini kami akan membahas mengenai tujuan pendidikan di dalam Islam. Untuk membahasnya lebih lanjut terkait tujuan pendidikan di dalam Islam, mari selami terlebih dahulu apa itu pendidikan, kemudian kita akan kerucutkan untuk mengetahui apa sajakah tujuan pendidikan di dalam Islam.
Pendidikan merupakan suatu proses berkelanjutan yang mengandung unsur-unsur pengajaran, latihan, bimbingan dan pimpinan dengan tumpuan khas kepada pemindahan berbagai ilmu, nilai agama dan budaya serta kemahiran yang berguna untuk diaplikasikan oleh individu (pengajar atau pendidik) kepada individu yang memerlukan pendidikan itu. Pendidikan itu merujuk kepada manusia sebagai objek utama dalam proses pendidikan.
Berikut ini pendapat para pakar mengenai definisi pendidikan :
a.       John Dewey beranggapan bahwa pendidikan ialah satu proses membentuk kecenderungan asas yang berupa akal dan perasaan terhadap alam dan manusia.
b.      Prof. Horne Herbert berpendapat bahwa pendidikan merupakan proses abadi bagi menyesuaikan perkembangan diri manusia yang melingkupi aspek jasmani, alam, akliah, kebebasan dan perasaan manusia terhadap Tuhan sebagaimana yang ternyata dalam akliah, perasaan dan kemauan manusia.
c.       Herbert Spencer pendidikan ialah mempersiapkan manusia supaya dapat hidup dengan kehidupan yang sempurna.
d.      Jean Jacques Rousseau berpendapat bahwa pendidikan merupakan satu proses yang berkelanjutan dan bermula dari masa kanak-kanak. Dalam proses ini, segala kemungkinan muncul dengan sendiri mengikuti kehendak dan peraturan yang telah ada.
e.       Confucious berpendapat bahwa ialah projek untuk memupuk kesempurnaan tingkah laku manusia dan ini boleh dicapai melalui amalan tingkah laku yang sopan, bertimbang rasa, ikhlas hati dan sebagainya.
f.       Hassan Langgulung berpendapat bahwa pendidikan itu sebagai proses menambah dan memindahkan nilai kebudayaan kepada individu dalam masyarakat

Berdasarkan definisi-definisi itu, dapat disimpulkan bahwa pendidikan ialah proses melatih akal, jasmani dan moral manusia untuk melahirkan individu-individu yang baik serta menuju ke arah kesempurnaan bagi mencapai tujuan hidup.
Allah SWT telah memuliakan hamba-hambanya dengan agama Islam yang hanif dan agung. Islam yang hanif merupakan potensi dasar yang dimiliki umat dan merupakan kunci kebahagiaan dunia dan akhirat. Suatu generasi akan menjadi lemah apabila hubungan mereka dengan Islam melemah, dan akan sengsara apabila jauh dari Islam.
Islam merupakan agama yang sempurna, yang memperhatikan individu dan masyarakat serta aspek material dan aspek spiritual secara menyeluruh. Islam menjelaskan makna ibadah, menguatkan nilai amal, memperhatikan urusan hidup, dan menata berbagai urusan dunia.  Islam juga memandang pendidikan sebagai proses terkait dengan upaya mempersiapkan manusia untuk mampu memikul taklif (tugas hidup) sebagai khalifah di muka bumi.  
Tentunya agama Islam memiliki karakteristik dalam memandang pendidikan. Yakni tidak ada pemisahan antara pendidikan dengan nilai-nilai Islam. Tidak seperti Barat (yang mewakili ideology sekuler), yang memisahkan antara agama dan pengetahuan. Berbeda sekali dengan pandangan Islam, di dalam Islam antara ilmu kauniyah (ilmu alam) dan ilmu qauliyah (ilmu agama) tidak ada saling pertentangan. Karena keduanya dating dari sumber yang sama yakni Allah SWT. Oleh karena itu tidak boleh ada kesenjangan antara ilmu dan agama, antara sain dan akhlaq, antara pengetahuan dan moral. Ada tiga prinsip yang membentuk karakteristik asasi filsafat pendidikan Islam. Tiga prinsip itu menafsirkan konsep Islam tentang alam, manusia, dan kehidupan. Yaitu penciptaan yang bertujuan, kesatuan yang menyeluruh, dan keseimbangan yang kokoh[1].
Pendidikan merupakan upaya manusia untuk mencapai suatu tujuan. Perlakuan itu akan manusiawi apabila mempertimbangkan kapasitas dan potensi-potensi yang ada pada manusia. Tujuan yang hendak dicapai akan manusiawi memanifestasikan aspek-aspek kemanusiaan. Atas dasar itu, perumusan tujuan pendidikan harus selalu bertitik tolak dari pengenalan tentang tabiat manusia.
Tujuan pendidikan Islam secara universal dirumuskan oleh beberapa pakar pendidikan dengan hasil sebagai berikut, “pendidikan harus ditujuka untuk menciptakan keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secra menyeluruh dengan cara melatih jiwa, akal pikiran, perasaan, dan fisik manusia. Dengan demikian, pendidikan harus mengupayakan tumbuhnya seluruh potensi manusia, baik yang bersifat spiritual, intelektual, daya khayal, fisik, ilmu pengetahuan, maupun bahasa, baik secara perorangan ataupun kelompok, dan mendorong tumbuhnya seluruh aspek tersebut agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan adalah terlaksananya pengabdian yang pnuh kepada Allah, baik pada tingkat perseorang, kelompok maupun kemanusiaan dalam arti seluas-luasnya.[2]
Berdasarkan pengertian tersebut, kita dapat temukan ciri-ciri tujuan pendidikan yang bersifat universal sebagai berikut : pertama, mengandung prinsip universal antara aspek akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah. Dengan memiliki keseimbangan dan kesederhanaan antara aspek pribadi, komunitas, dan kebudayaan. Memiliki kejelasan antara aspek kejiwaan manusia dan hokum setiap masalah. Memiliki kesesuiaian antara berbagai unsure dan cara pelaksanannya. Memiliki realisme dan dapat dilaksanakan, tidak berlebih-lebihan, praktis, realistic, sesuai fitrah dan kondisi sosioekonoi, sosiopolitik, dan sosiokultural yang ada. Sesuai dengn perubahan yang diinginkan, baik pada aspek rohaniyah dan nafsiyah, serta perubahan kondidi psikologis, sosiologis, pengetahuan, konsep, pikiran, kemahiran, nilai-nilai, sikap peserta didik untuk mencapai dinamisasi kesempurnaan pendidikan. menjaga perbedaan individu, serta prinsip dinamis dalam menerima perubahan dan perkembangan yang terjadi pada pelaku pendidikan serta lingkungan di mana pendidikan itu dilaksanakan. Kedua, mengandung keinginan untuk mewujudkan manusia yang sempurna, yang di dalamnya memiliki wawasan kafahagar mampu menjalankan tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan, dan pewaris nabi.
Secara nasional (kenegaraan) pendidikan memiliki tujuan tersendiri dengan mengacu tujuan pendidikan secara universal. Seperti tercantum pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional : “ membentuk manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berkepribadian, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, ketrampilan, sehat jasmani, dan rohani memiliki rasa seni, serta bertanggungjawab bagi masyarakat, bangsa, dan Negara”. 
Sejatinya agama Islam sangat memperhatikan pendidikan. Pendidikan di dalam Islam diartikan sebagai proses mendidik dan melatih akliah, jasmaniah, dan ruhaniah manusia. Ia berasaskan nilai-nilai Islamiah yang bersumber Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah s.a.w  bagi melahirkan insan yang bertakwa dan mengabdikan diri kepada Allah semata-mata. Untuk mencapai matlamat tersebut, pendidikan akliah atau intelektual amat penting dalam mendidik akal. Karena akal merupakan unsur paling berharga kepada manusia yang bertindak (berfikir) secara rasional tetapi kemampuannya agak terbatas.
Fungsi tersebut telah dijelaskan wahyu pertama “iqra’hal ini menjelaskan bahwa diperlukan bimbingan Allah untuk mencapai sebuah pemahaman. Oleh itu, pendidikan dalam Islam menekankan mengeaskan pentingnya pengisian dalam melatih akliah manusia dengan nilai-nilai ketuhanan (ilmu tauhid), sifat ketaatan (ta’abbud) dan penyucian rohani (tazkiyyah). Dengan demikian, pendidikan akal atau mental tidak tersisih daripada nilai-nilai kerohanian. Pendidikan jasmani pula meliputi aspek fisikal dan mental. Karena aspek fisik dan mental dalam diri setiap manusia meliputi kebersihan, kesehatan, kecerdasan, kekuatan, keberanian dan disiplin. Ia bertujuan melahirkan insan yang sehat dan kuat untuk menjalankan kewajiban kepada Allah. Selain itu, pendidikan jasmani juga dilihat dari sudut kerohanian dan kejiwaan yang menitikberatkan pembersihan jiwa (tazkiyyah nafs) serta keluruhan budi pekerti melalui Pendidikan yang berbentuk rohani atau spiritual juga penting dalam Islam yaitu dalam konteks hubungan manusia dengan Allah.
Keyakinan kepada Allah menjadi asas dalam mencapai kejayaan karena kekuatan rohani yang dimiliki oleh individu itu akan membawa kepada kekukuhan pendidikan fisikal, intelektual dan akhlak. Dengan itu, pendidikan di dalam Islam tidak akan terwujud tanpa disertai pendidikan rohani. Maka bertitik tolak dari pengertian ini, Islam menekankan beberapa aspek tertentu yang perlu diutamakan dalam pendidikan Islam.
Aspek tersebut ialah pertama, pendidikan itu sebagai pendidikan seumur hidup; kedua, pembangunan seluruh potensi manusia (roh, akal, dan jasad) secara bersepadu yang mencakupi aspek kognitif dan efektif. Ketiga, berperanan sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya; keempat, memakmurkan seluruh alam; kelima, kesepaduan dan kesempurnaan iman, ilmu dan amal untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Pendidikan yang berasaskan nilai-nilai Islamiah tidak hanya diarahkan kepada pengajaran akademik tetapi juga bimbingan asuhan yang dilakukan oleh pendidik. Pendidikan di dalam Islam merupakan satu proses menerapkan nilai-nilai Islam dan merealisasikan hasilnya dalam bidang pembinaan insan, pembentukan dan pemasyarakatannya mengikut dasar-dasar yang digariskan oleh Allah serta membentuk sikap dan tingkah laku seseorang. Ia juga boleh dianggap sebagai suatu konsep yang mengandungi langkah-langkah dan kaedah-kaedah ilmiah yang dibawa oleh Islam bagi menjamin pembentukan peribadi yang sesuai dengan akidah Islam.


[1] Hery Noer, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), hlm. 55.
[2] Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010), hlm. 62.
[3] Hery Noer, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), hlm. 68.

0 komentar:

Posting Komentar